Di sebuah hutan yang luas hiduplah sekumpulan binatang yang
hidup besama. Walaupun hidup bersama namun mereka tetap takut pada satu
binatang yaitu singa. Mereka takut dan tidak suka dengan singa karena singa terlihat bergitu perkasa dan juga
sombong. Ia tidak pernah mau dibantu oleh binatang lain ataupun meminta bantuan
kepada binatang lain. Namun suatu hari, saat singa sedang berjalan-jalan di hutan
yang menurutnya adalah wilayah kekuasaannya, singa menjadi sadar bahwa dirinya
menjadi tidak ada artinya ketika tegantung di jerat para pemburu. Bagaimana
sang singa bisa bertobat? Inilah pembelajaran hidup pertobatan itu.
Di pagi hari yang cerah seperti biasa singa berjalan-jalan
di hutan yang ia cintai. Dengan kepala ditegakkan dan dada dibusungkan sang
singa terlihat gagah dan perkasa. Semua binatang hutan tidak berani untuk
memandangnya, mereka diam dengan kepala tertunduk ke bawah. Namun tidak seperti
halnya dengan sekumpulan anak tikus yang sedang berlarian di belakang para
orang tua mereka yang sedang diam menyambut sang singa.
Sang singa menyadari ada pergerakan tidak hormat di belakang
dan langsung berteriak “siapa di belakang itu, yang tidak hormat pada ku, tidakkah kau takut
akan murkaku saat sakit hati?”
Sejenak orang tua tikus tersadar bahwa sang singa marah akan
perbuatan anak-anak mereka. Maka dengan cepat salah satu orang tua tikus
memberi isyarat anak-anaknya untuk diam dan menundukkan kepala. Namun anak-anak
tikus itu tidak mengerti apa maksud isyarat dari salah satu orang tua itu.
Mereka tetap berlari-lari seperti sebelumnya.
Sedang asiknya anak-anak tikus ini bermain, tiba-tiba dan
tanpa mereka sadari singa langsung meloncat dan berdiri tepat di depan mereka
dan terdengarlah auman keras yang menyakitkan telinga disertai taring-taring
tajam yang siap menerkam. Kehadiran singa membuat terkejut anak-anak tikus yang
sedang bermain itu dan membuat mereka terjatuh dan menangis. Hal ini membuat
anak-anak tikus trauma. Mereka gemetar dan kaki tidak dapat digerakkan, mereka
menangis tidak henti-hentinya.
Melihat hal itu orang tua tikus langsung meminta maaf pada
sang singa. Mendengar permintaan maaf itu sang singa menurunkan amarahnya. Dan
berkata pada orang tua tikus “Didik anak-anak kalian untuk hormat dan tunduk
pada ku”. Setelah berkata demikian sang singa berlalu meninggalkan kumpulan
binatang.
Seiring berlalunya singa, bubar juga kumpulan binatang yang
berada dijalan itu, mereka kembali ketempat masing-masing. Demikian juga dengan
kumpulan tikus, mereka kembali ketempat tinggal mereka sambil menghibur
anak-anak mereka yang baru mengalami hal yang tidak menyenangkan. Sesampainya di
rumah pimpinan tikus memberi nasihat kepada anak-anak tikus bahwa ketika
melihat singa lewat maka kita harus menundukkan kepala dan diam sebagai tanda
hormat.
Anak-anak tikus belum mengerti sepenuhnya mengapa mereka
harus melakukan hal itu. Namun mereka mengangguk saja karena yang berbicara
adalah pimpinan mereka. Pimpinan tikus dengan bijak memberi nasihat dan
penghiburan sehingga sedikit demi sedikit anak-anak tikus yang tadi ketakutan
menjadi lebih tenang dan akhirnya dapat melupakan peristiwa yang baru saja
mereka alami. Setelah itu mereka menutup hari dengan berdoa dan tertidur.
Keesokkan harinya seperti biasa anak-anak tikus itu bermain
bersama dalam kelompok. Mereka bergembira menyambut hari baru yang boleh mereka
rasakan. Dengan semangat sukacita anak-anak tikus bermain menyusuri jalan hutan
itu. Pada saat yang sama singapun sedang berjalan-jalan dan terjadilah
pertemuan kembali. Pertemuan kali ini ada perbedaan, anak-anak tikus langsung
bersikap menundukkan kepala dan diam. Melihat hal itu singa sangat senang
sekali karena tidak ada binatang yang berulah di depan matanya.
Namun anak-anak tikus ini penasaran, mau kemanakah gerangan
singa ini pergi. Maka secara diam-diam mereka mengikuti perjalanan singa.
Rupanya singa berjalan berkeliling hutan sambil mempertunjukkan kekuatannya. Dari
kejauhan anak-anak singa ini terus memperhatikan dan mengikuti. Tiba-tiba Suit…..
dan sangat cepat sebuah jerat perangkap melilit badan singa. Singa meronta dan
berjuang untuk melepaskan diri dari jerat. Namun semakin banyak ia bergerak
semakin kuat jerat yang melilit di badannya.
Singa tidak putus asa, disertai dengan auman yang keras dan
menggelegar ia mencoba untuk membebaskan
diri. Ia terus berjuang untuk melepaskan diri dari jerat perangkap namun
usahanya ternyata sia-sia. Tenaganya semakin lama terkuras habis namun jerat
itu begitu kuat melilit sehingga akhirnya singa hanya bisa pasrah karena
kelelahan. Melihat singa tak berdaya anak-anak tikus merasa kasihan walaupun bercampur takut.
Mereka mencoba mendekati singa dan berkata “sabar yah kami
akan mencoba membantu”. Namun singa malah tertawa lebar dan berkata “kalian
kecil mana bisa membebaskan aku dari jerat ini, aku saja yang berbadan besar
dan kuat tidak dapat memutuskan tali-tali perangkap ini”. Sekali lagi tikus
memberanikan diri berkata “kami coba memutuskan tali-tali ini yah?”. Dengan wajah
yang meremehkan singa diam. Tikus-tikus kecil ini mulai menggigit tali-tali
perangkap itu namun usaha tikus-tikus muda ini sia-sia mereka tidak dapat
memutuskan jerat perangkap itu. Dengan suara agak takut tikus berkata lagi “tunggu
sebentar ya, kami akan memanggil orang tua kami untuk datang ke sini”. Singa diam
saja dan tidak menjawabnya.
Tidak berapa lama kelompok tikus sudah berkumpul di sana. Pimpinan
tikus berkata “hai singa mana kekuatan mu, tidakkah engkau gagah dan perkasa? Masa
tidak bisa membebaskan diri dari jerat ini”. Mendapat perkataan seperti itu
singa merasa marah ia berjuang untuk membebaskan diri namun tidak berhasil. Melihat
singa yang tak berdaya tikus-tikus merasa iba dan akhirnya mulai mencoba untuk
menggigit tali-tali jerat perangkap itu.
Dan tidak berapa lama satu demi satu tali jerat perangkap
itu mulai putus dan akhirnya singa terbebas dari jerat perangkap. Singa sangat
malu bahwa dirinya yang gagah dan perkasa kalah oleh tikus-tikus yang kecil dan
terlihat lemah itu. Maka dengan malu ia berucap “terima kasih atas bantuan
kalian semua, kalau tidak ada kalian aku mungkin sudah tertangkap oleh pemburu”.
Pimpinan tikus berkata “sebagai sesama penghuni hutan memang sudah selayaknya
kita saling membantu. tidak usah dilihat dari besar atau kecilnya namun rasa
untuk membantu sesama warga hutan ini yang harus ditumbuhkan supaya kehidupan
ini semakin membahagiakan”.
Mendengar perkataan pemimpin tikus ini, singa merasa bahwa
ternyata dirinya lemah dan tidak bisa apa-apa tanpa adanya yang lain. Sehingga akhirnya
singa berjanji bahwa ia akan bersikap ramah dan tidak sombong terhadap warga
hutan yang lainnya. Sejak peristiwa hari ini singa pun selalu hidup membaur
dengan penghuni lain di hutan ini. Tidak ada lagi yang merasa lebih kuat atau
lemah. Semuanya sama dan wajib saling membantu karena pada dasarnya mereka
tidak dapat hidup seorang diri, mereka membutuhkan bantuan dan pertolongan binatang lain.
Itulah pertobatan sang singa, dan karena
kekuatannya singa mencoba untuk membantu binatang-binatang yang membutuhkan
pertolongannya dan ia pun tidak malu untuk meminta bantuan dari binatang lain
juga. Demikianlah akhirnya semakin harmonis kehidupan di hutan itu. Dan mereka
membuat satu hukum yaitu bantulah dan kasihilah sesama binatang. Hukum ini
terus dijalankan sampai selama-lamanya.
No comments:
Post a Comment