Tuesday, December 31, 2013

Kisah Putra Mahkota Dan Ember Bocor


Di sebuah kerajaan yang damai, hiduplah raja dan permaisuri dengan seorang putra mahkota. Raja memiliki sikap yang bijaksana dan melayani rakyatnya dengan tulus hati. Demikian pula dengan permaisuri, ia menjadi istri raja yang setia dan punya ambisi untuk meningkatkan derajat kaum wanita di kerajaan itu. Namun berbeda halnya dengan putra mahkota yang kerap bersikap egois, seenaknya sendiri, sombong, dan tidak peduli penderitaan orang lain dan yang sangat disayangkan lagi, putra mahkota ini malas belajar.

Melihat gelagat sikap yang kurang baik, raja menjadi khawatir karena kerajaan ini suatu saat akan diserahkan kepada putranya. Oleh sebab itu raja bertanya kepada permaisuri, bagaimana keseharian putra mahkota di rumah ketika ditinggal mengurus kerajaan. Permainsuri menjawab bahwa dirinya terlalu sibuk dengan pekerjaannya  sehingga kurang mendampingi putra mahkota dengan total. Lanjut permaisuri, sering kali putra mahkota diserahkan kepada pelayan untuk diawasi, namun ternyata kerap kali lepas dari pengawasan para pelayan.

Raja tidak marah pada permaisuri, Karena permaisuri pun punya tugas mulia demi kesejahteraan kaum wanita di kerajaannya. Raja kemudian berdiskusi dengan permaisuri, tentang langkah ke depan yang akan dilakukan untuk mempersiapkan putra mahkota menjadi seorang penerus yang dapat melayani dan melindungi rakyatnya.

Akhirnya disepakati bahwa putra mahkota akan dikirim untuk belajar kepada guru agung di puncak gunung. Keesokkan harinya ketika putra mahkota sedang beristirahat, raja memanggil putra mahkota dan bertitah agar putra mahkota belajar bersama guru agung di puncak gunung. Mendengar perintah ini putra mahkota marah karena terlalu mendadak, dan mengapa harus jauh dari kota?

Walaupun dengan kesal namun putra mahkota tetap patuh pada titah raja. Akhirnya putra mahkota berangkat diantar oleh raja. Sesampai di tempat guru agung, putra mahkota langsung berulah. Ia tidak mau mengikuti apa yang dikatakan oleh guru itu. Namun ada peraturan di tempat itu bahwa siapa yang tidak patuh ia tidak boleh makan. Putra mahkota akhirnya mengikuti perintah dari guru itu.

Hari pertama, putra mahkota sudah diperintah untuk mengabil air dari mata air yang jaraknya sekitar 5 km. Putra mahkota mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk memindahkan air dari mata air ke rumah sang guru. Dan sangat terkejut putra mahkota ketika didapati bahwa ember untuk mengambil air ternyata berlubang di tengahnya. Hal ini mengakibatkan air yang dibawa selalu tinggal setengah saja.

Guru agung berpesan bahwa jangan sekali-kali curang dalam membawa air karena jika curang maka tetap tidak akan ada makanan untuk disantap. Mendapat ultimatum ini, mau tidak mau putra mahkota selalu memenuhi ember itu. Dan setiap kali membawa tetap hanya setengah saja yang didapat. Hal ini dilakukan terus oleh putra mahkota selama 9 bulan. Dan akhirnya putra mahkota marah dan diam.

Putra mahkota yang marah ini pun ingin tahu juga mengapa ia harus membawa ember air dengan lubang di tengahnya. Maka putra mahkota berkata: “aku tidak mau lagi mengambil air, apalagi dengan ember yang berlubang di tengah, itu kan sia-sia saja”. Mendengar perkataan itu sang guru menjawab: “apa sia-sia?” Guru mengajak putra mahkota untuk menyusuri jalan menuju ke mata air. Di sana sang guru menunjukkan bahwa lihatlah jalan ini, di sisi kiri dan kanan dipenuhi dengan bunga-bunga yang cantik, bagus, indah dan harum. Lihat mereka hidup karena putra mahkota yang melayaninya dengan cara memberi air setiap kali mengambil air dari mata air. Mendengar penjelasan guru akhirnya putra mahkota sadar bahwa selama ini sikapnya tidak terpuji. Maka putra mahkota melanjutkan kembali tugas mengambil air itu dengan sukacita, dan berjanji akan bersikap rendah hati dan tidak sombong ketika nanti kembali ke kerajaan.

Tidak terasa sudah satu tahun putra mahkota menjalani pekerjaan ini. Dan malam ini terlihat dari kejauhan pesta kembang api pergantian tahun baru. Putra mahkota melihat bagaimana suka cita kerajaan dari kejauhan. Putra mahkota kagum pada raja yang sudah menjadikan rakyatnya begitu bahagia. Maka putra mahkota berjanji, kelak ketika menjadi raja ia tidak akan merusak hal baik yang sudah ada. Putra mahkota ingin rakyatnya tetap merasa bahagia dan damai di kerajaan ini.

Guru melihat bahwa sikap putra mahkota sudah berubah maka guru membebaskan putra mahkota untuk pulang kembali ke kerajaannya. Betapa gembira hati putra mahkota mendengar hal ini. Di sepanjang perjalanan pulang putra mahkota menyapa rakyat yang sedang merayakan tahun baru. Rakyat senang sekali mendapat sapaan dari putra mahkota. Putra mahkota membalasnya dengan tersenyum dan mengucapkan “SELAMAT TAHUN BARU” sebari mengulurkan tangannya.

Demikianlah pembelajaran hidup sang pangerah mencari kebijaksanaan dan kerendahan hati. Pangerahan siap menggantikan raja kapanpun dibutuhkan.



Pesan dari cerita ini adalah jadilah manusia yang rendah hati dan tidak sombong. Teruslah belajar karena kesempurnaan hidup itu bukan didapat sampai saat ini saja melainkan akan terus dipenuhi sepanjang hidup kita di dunia. Maka jangan bosan untuk belajar akan semua peristiwa yang terjadi. Lihat, dengarkan dan renungkan semua peristiwa hidup ini. Manusia yang merenungkan / merefleksikan hidupnya berarti manusia itu sudah menghidupi hidup itu sendiri. Buka pikiran dan hati kita, jangan biarkan keegoisan menguasai diri kita, karena keegoisan akan membawa pada sebuah ketidakadilan dan keserakahan.



2 comments:

  1. Halo Bapakk ^_^ pak, add alamat blog saya, dong :) http://www.ruslieedwina.blogspot.com/ terima kasih pak

    ReplyDelete
  2. Pak maaf tulisan warna merahnya menyilaukan mata saya

    ReplyDelete