Thursday, December 6, 2012

Spiritualitas Bambu Dan Ajaran Kitab Suci Menjadi Pelita Dalam Hidup Manusia

Kisah Sebatang Bambu
Suatu hari kumpulan bambu sedang berdiskusi bahwa dirinya senang menjadi bambu namun ada satu bambu berkata bahwa ia tidak senang karena ia pasti akan ditebang dan keindahan dirinya akhirnya hilang. Teman-teman bambu yang lain tidak setuju tentang pendapat ini, dan kemudian memberi nasihat bahwa sebenarnya kita ditebang bukan untuk menjadi musnah namun dibentuk menjadi lebih berarti. Bambu bijak berkata lagi bahwa diri kita sudah dipercantik oleh pencipta mengapa kita tidak membantu mempercantik ciptaan yang lainnya. Bambu yang egois tadi menjadi sadar bahwa benar, ketika dirinya sebagai pohon ditebang bukan kemudian musnah namun dibentuk lebih indah dan cantik, menjadi lebih berguna seperti halnya untuk rangka atap rumah, kerajinan dan lain sebagainya. Akhirnya bambu sadar dan senang menjadi sebuah bambu.

Ajaran Kitab Suci
Spiritualitas bambu tadi rupanya sama seperti apa yang dilakukan oleh Yesus. Yesus mencoba menjadikan dirinya berarti untuk orang lain. Terlihat Ketika Yesus berkorban untuk menebus dosa-dosa manusia. Namun yang harus diperhatikan juga, sebelum Yesus mengorbankan diriNya ada banyak perbuatan Yesus yang patut diperhatikan baik-baik. Contoh dalam hal memperindah dunia ini. Banyak kejadian yang rupanya membuat Yesus dimusuhi, Walaupun masih banyak juga yang merasa bahagia dan terselamatkan. Oleh sebab itu alangkah baiknya juga kita melihat pergaulan Yesus bersama orang banyak.

Cara Yesus memberi perhatian kepada orang banyak cukup bervariasi, di mana ketika bersama dengan orang yang menderita Yesus tampil sebagai pembawa kasih dan kedamaian namun untuk orang yang berbuat salah Ia akan menegur dengan cukup keras. Hal ini terlihat ketika Yesus menegur orang di bait Allah yang menjadikan bait Allah sebagai sarang penyamun. Saat itu sikap Yesus tergolong keras dalam menegur yaitu dengan menggulingkan meja-meja tempat berjualan yang ada di sana.

Walaupun perbuatan Yesus terkesan keras namun semuanya itu untuk terciptanya kebahagiaan bagi banyak orang yang mencari keheningan dan kedamaian di dalam bait Allah itu. Jika kita melihat dari sisi pedagang pasti ada rasa jengkel, marah dan tidak menyukai Yesus. Hal itu wajar saja, pedagang akan merasa Yesus terlalu ikut campur urusan dirinya. Namun seharusnya yang terpenting adalah bagaimana para pedagang sadar bahwa bait Allah jangan sampai disalah gunakan. Mereka seharusnya sadar bahwa Allah akan memperindah hidup mereka yang berbuat kebaikan.

Bagaimana dengan kita sekarang?
Spiritualitas bambu seharusnya melekat pada diri kita juga. Kita seharusnya mempu mempercantik dunia ini dengan talenta yang dimiliki. Walaupun dalam kenyataannya relasi dengan sesama tidak begitu mudah karena kerap kali ada perselisihan. Tapi walaupun ada perselisihan kita harus tetap berjuang untuk mempercantik dunia dan dengan keyakinan bahwa kedamian akan tercipta ketika semua orang menyadari dan bersikap sesuai dengan ajaran kebaikan itu sendiri. Menegur orang, memang hal yang kerap kali sulit untuk dilakukan, namun kita harus seperti Yesus, yang mau menegur demi untuk terciptanya kedamaian. Harapannya adalah orang yang kita tegur mau menyadari kesalahannya bukan malah marah seperti para pedagang di bait Allah. Penting juga adalah sikap rendah hati seperti bambu walaupun harus meninggalkan keakuannya yang lama dan menjadi aku yang baru yang lebih sempurna. Maka kita juga diharapkan lebih mencintai kodrat kita sebagai manusia yang mencoba untuk memperindah dunia ini.


3 comments:

  1. Bapak, blognya dan isinya bagus sekali...

    ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih vania, ini hanya sedikit butiran-butiran yang ada dibenak dan ingin dibagikan. aku pikir blog yang kamu buat pun sangat luar biasa kok, apalagi seiring dengan bertambah usia mu semakin sempurna juga karya mu nanti. ok sukses untuk mu yah.

      Delete
    2. Amin, Amin, Amin... Benar itu Pak. Baik, selamat melayani dengan menulis diblog Pak. Berkah Dalem. :)

      Delete