Wednesday, November 21, 2012

Kisah Singa Dan Tikus


Di sebuah hutan yang luas hiduplah sekumpulan binatang yang hidup besama. Walaupun hidup bersama namun mereka tetap takut pada satu binatang yaitu singa. Mereka takut dan tidak suka dengan singa  karena singa terlihat bergitu perkasa dan juga sombong. Ia tidak pernah mau dibantu oleh binatang lain ataupun meminta bantuan kepada binatang lain. Namun suatu hari, saat singa sedang berjalan-jalan di hutan yang menurutnya adalah wilayah kekuasaannya, singa menjadi sadar bahwa dirinya menjadi tidak ada artinya ketika tegantung di jerat para pemburu. Bagaimana sang singa bisa bertobat? Inilah pembelajaran hidup pertobatan itu.

Di pagi hari yang cerah seperti biasa singa berjalan-jalan di hutan yang ia cintai. Dengan kepala ditegakkan dan dada dibusungkan sang singa terlihat gagah dan perkasa. Semua binatang hutan tidak berani untuk memandangnya, mereka diam dengan kepala tertunduk ke bawah. Namun tidak seperti halnya dengan sekumpulan anak tikus yang sedang berlarian di belakang para orang tua mereka yang sedang diam menyambut sang singa.

Sang singa menyadari ada pergerakan tidak hormat di belakang dan langsung berteriak “siapa di belakang itu,  yang tidak hormat pada ku, tidakkah kau takut akan murkaku saat sakit hati?”

Sejenak orang tua tikus tersadar bahwa sang singa marah akan perbuatan anak-anak mereka. Maka dengan cepat salah satu orang tua tikus memberi isyarat anak-anaknya untuk diam dan menundukkan kepala. Namun anak-anak tikus itu tidak mengerti apa maksud isyarat dari salah satu orang tua itu. Mereka tetap berlari-lari seperti sebelumnya.

Sedang asiknya anak-anak tikus ini bermain, tiba-tiba dan tanpa mereka sadari singa langsung meloncat dan berdiri tepat di depan mereka dan terdengarlah auman keras yang menyakitkan telinga disertai taring-taring tajam yang siap menerkam. Kehadiran singa membuat terkejut anak-anak tikus yang sedang bermain itu dan membuat mereka terjatuh dan menangis. Hal ini membuat anak-anak tikus trauma. Mereka gemetar dan kaki tidak dapat digerakkan, mereka menangis tidak henti-hentinya.

Melihat hal itu orang tua tikus langsung meminta maaf pada sang singa. Mendengar permintaan maaf itu sang singa menurunkan amarahnya. Dan berkata pada orang tua tikus “Didik anak-anak kalian untuk hormat dan tunduk pada ku”. Setelah berkata demikian sang singa berlalu meninggalkan kumpulan binatang.

Seiring berlalunya singa, bubar juga kumpulan binatang yang berada dijalan itu, mereka kembali ketempat masing-masing. Demikian juga dengan kumpulan tikus, mereka kembali ketempat tinggal mereka sambil menghibur anak-anak mereka yang baru mengalami hal yang tidak menyenangkan. Sesampainya di rumah pimpinan tikus memberi nasihat kepada anak-anak tikus bahwa ketika melihat singa lewat maka kita harus menundukkan kepala dan diam sebagai tanda hormat.

Anak-anak tikus belum mengerti sepenuhnya mengapa mereka harus melakukan hal itu. Namun mereka mengangguk saja karena yang berbicara adalah pimpinan mereka. Pimpinan tikus dengan bijak memberi nasihat dan penghiburan sehingga sedikit demi sedikit anak-anak tikus yang tadi ketakutan menjadi lebih tenang dan akhirnya dapat melupakan peristiwa yang baru saja mereka alami. Setelah itu mereka menutup hari dengan berdoa dan tertidur.

Keesokkan harinya seperti biasa anak-anak tikus itu bermain bersama dalam kelompok. Mereka bergembira menyambut hari baru yang boleh mereka rasakan. Dengan semangat sukacita anak-anak tikus bermain menyusuri jalan hutan itu. Pada saat yang sama singapun sedang berjalan-jalan dan terjadilah pertemuan kembali. Pertemuan kali ini ada perbedaan, anak-anak tikus langsung bersikap menundukkan kepala dan diam. Melihat hal itu singa sangat senang sekali karena tidak ada binatang yang berulah di depan matanya.

Namun anak-anak tikus ini penasaran, mau kemanakah gerangan singa ini pergi. Maka secara diam-diam mereka mengikuti perjalanan singa. Rupanya singa berjalan berkeliling hutan sambil mempertunjukkan kekuatannya. Dari kejauhan anak-anak singa ini terus memperhatikan dan mengikuti. Tiba-tiba Suit….. dan sangat cepat sebuah jerat perangkap melilit badan singa. Singa meronta dan berjuang untuk melepaskan diri dari jerat. Namun semakin banyak ia bergerak semakin kuat jerat yang melilit di badannya.

Singa tidak putus asa, disertai dengan auman yang keras dan menggelegar  ia mencoba untuk membebaskan diri. Ia terus berjuang untuk melepaskan diri dari jerat perangkap namun usahanya ternyata sia-sia. Tenaganya semakin lama terkuras habis namun jerat itu begitu kuat melilit sehingga akhirnya singa hanya bisa pasrah karena kelelahan. Melihat singa tak berdaya anak-anak tikus merasa kasihan  walaupun bercampur takut.

Mereka mencoba mendekati singa dan berkata “sabar yah kami akan mencoba membantu”. Namun singa malah tertawa lebar dan berkata “kalian kecil mana bisa membebaskan aku dari jerat ini, aku saja yang berbadan besar dan kuat tidak dapat memutuskan tali-tali perangkap ini”. Sekali lagi tikus memberanikan diri berkata “kami coba memutuskan tali-tali ini yah?”. Dengan wajah yang meremehkan singa diam. Tikus-tikus kecil ini mulai menggigit tali-tali perangkap itu namun usaha tikus-tikus muda ini sia-sia mereka tidak dapat memutuskan jerat perangkap itu. Dengan suara agak takut tikus berkata lagi “tunggu sebentar ya, kami akan memanggil orang tua kami untuk datang ke sini”. Singa diam saja dan tidak menjawabnya.

Tidak berapa lama kelompok tikus sudah berkumpul di sana. Pimpinan tikus berkata “hai singa mana kekuatan mu, tidakkah engkau gagah dan perkasa? Masa tidak bisa membebaskan diri dari jerat ini”. Mendapat perkataan seperti itu singa merasa marah ia berjuang untuk membebaskan diri namun tidak berhasil. Melihat singa yang tak berdaya tikus-tikus merasa iba dan akhirnya mulai mencoba untuk menggigit tali-tali jerat perangkap itu.

Dan tidak berapa lama satu demi satu tali jerat perangkap itu mulai putus dan akhirnya singa terbebas dari jerat perangkap. Singa sangat malu bahwa dirinya yang gagah dan perkasa kalah oleh tikus-tikus yang kecil dan terlihat lemah itu. Maka dengan malu ia berucap “terima kasih atas bantuan kalian semua, kalau tidak ada kalian aku mungkin sudah tertangkap oleh pemburu”. Pimpinan tikus berkata “sebagai sesama penghuni hutan memang sudah selayaknya kita saling membantu. tidak usah dilihat dari besar atau kecilnya namun rasa untuk membantu sesama warga hutan ini yang harus ditumbuhkan supaya kehidupan ini semakin membahagiakan”.

Mendengar perkataan pemimpin tikus ini, singa merasa bahwa ternyata dirinya lemah dan tidak bisa apa-apa tanpa adanya yang lain. Sehingga akhirnya singa berjanji bahwa ia akan bersikap ramah dan tidak sombong terhadap warga hutan yang lainnya. Sejak peristiwa hari ini singa pun selalu hidup membaur dengan penghuni lain di hutan ini. Tidak ada lagi yang merasa lebih kuat atau lemah. Semuanya sama dan wajib saling membantu karena pada dasarnya mereka tidak dapat hidup seorang diri, mereka membutuhkan  bantuan dan pertolongan binatang lain.

Itulah pertobatan sang singa, dan karena kekuatannya singa mencoba untuk membantu binatang-binatang yang membutuhkan pertolongannya dan ia pun tidak malu untuk meminta bantuan dari binatang lain juga. Demikianlah akhirnya semakin harmonis kehidupan di hutan itu. Dan mereka membuat satu hukum yaitu bantulah dan kasihilah sesama binatang. Hukum ini terus dijalankan sampai selama-lamanya.


No comments:

Post a Comment