Perayaan
Pekan Suci di Gereja katolik Salib Suci Purwakarta sungguh sangat meriah.
Terlihat dari hiasan altar yang indah dan ritus ekaristi yang sedikit berbeda
dari perayaan minggu biasa. Tidak hanya itu, kesiapan dalam menggelar perayaan
ini pun dipersiapkan sangat baik. Terlihat dari para petugas mempersiapkan diri
dari jauh hari sebelumnya. Tidak ketinggalan umat yang datang pun mau berperan
aktif dalam perayaan ekaristi ini.
Perayaan yang
dilakukan hanya satu kali ini membuat umat bertumpuk namun walaupun demikian
tetap terkondisi baik. Hal ini karena peran para petugas tata tertib yang dengan
cekatan menjalankan tugasnya. Perayaan dapat berjalan dengan tertib dan lancar
sampai selesai. Kesakralan yang dirindukan dalam perayaan ini pun tercipta
berkat kesadaran dari seluruh umat Gereja yang mau bekerja sama untuk mengikuti
aturan, seperti halnya HP di Silent dan menjaga anak-anak untuk tidak ribut
seperti yang dikatakan oleh ketua panitia perayaan Pekan Suci.
Jika di lihat
antusias umat merayakan perayaan ekaristi Pekan Suci sangat luar biasa. Terlihat
ketika umat sudah mulai memenuhi gedung gereja satu jam sebelum dimulainya
perayaan. Walaupun harus menunggu lama namun umat cukup tenang dan sabar
menunggu dimulainnya perayaan, sehingga boleh dikatakan suasana tetap sakral. Ini
berarti kesadaran umat untuk merayakan perjamuan Tuhan yang tenang sudah
tercipta. Hal ini harus dipertahankan dari masa ke masa supaya ciri khas ini
tidak pudar.
Di saat
perayaan Kamis Putih pastor berkhotbah dan berpesan bahwa dalam diri manusia,
sering kali sifat Yudas muncul, hal ini harus menjadi perhatian jangan sampai
kita terjerumus lebih jauh dalam dosa. Jangan sampai kita meninggalkan Yesus
demi untuk mengejar kesenangan duniawi, uang, kekayaan seperti yang diperbuat
Yudas yang menyerahkan Yesus demi beberapa keping uang. Namun Kamis Putih juga
harus menjadi sarana untuk saling melayani tegas Pastor.
Perayaan
Jumat Agung, dimulai pukul 15.00. Perayaan yang diawali dengan maklumat dilanjutkan
perarakan tanpa lagu membuat terciptanya suasana yang tenang dan sunyi. Suasana
sahdu pun lebih terasa tatkala kisah sengsara Yesus di daraskan. Semua umat
lebur di dalam kisah itu. Dalam renungan singkatnya pastor berkata kita yang
sudah menyalibkan (membunuh) Yesus yang adalah penebus dosa kita, harus mau
juga untuk menyalibkan (membunuh) dosa-dosa kita. Itulah makna dari Jumat Agung
selain dari mengenang senggsara Yesus memanggul salib.
Perayaan
malam Paskah diawali dengan ritus api sebagai transisi dari kesedihan
(kegelapan) menuju suasana terang. Dilanjutkan perarakan lilin Paskah sebagai
tanda bahwa terang itu sudah hadir, masuk dalam hati kita untuk membawa semangat
baru dalam hidup kita. Bacaan yang diperdengarkan dalam perayaan ini
mengingatkan kembali kepada kita semua bahwa Allah adalah pencipta awal, Allah mau
membebaskan umatnya yang menderita, Allah tetap setia mengampuni walaupun
manusia kembali jatuh pada dosa, dan akhirnya Allah adalah kebangkitan yang
membangkitkan kita dari kematian.
Tidak lupa
pastor juga berpesan bahwa semangat paskah harus membawa semangat untuk meminta
maaf dan memaafkan orang lain, jadi mulailah bergerak untuk menjumpai saudara
kita dan saling memaafkan. Jangan ada lagi dendam satu dengan yang lain. Inilah
awal baru dari kehidupan dibebaskan dari dosa. Pastor menutup dengan mengajak
umat saling bersalam damai.
Pekan suci
ditutup dengan Minggu Paskah. Walaupun umat yang datang tidak sebanyak misa
malam Paskah, namun perayaan ekaristi tetap berjalan dengan sakral. Dalam
khotbahnya pastor mengingatkan bahwa kita pun akan dibangkitkan bersama Kristus
ketika kita mau meninggalkan segala dosa-dosa kita, lakukanlah perbuatan yang
baik.
Demikianlah
semaraknya perayaan Pekan Suci di Gereja Salib Suci Purwakarta. Semuanya dapat
berjalan dengan baik berkat peran serta umat. Mari kita semakin meningkatkan
kebersamaan kita sebagai satu umat Gereja. Saling mendukung walau ada kesusahan
ataupun sedang gembira. Pastinya Tuhan akan memberkati setiap gerak dan langkah dari
Gereja. Tuhan memberkati.